Di pagi hari yang sejuk ini, aku melihat seorang gadis yang begitu
cantik jelita di sebuah persimpangan jalan, ketika aku lewat samping
rumahnya ia selalu tersenyum padaku dan aku pun merasakan suatu perasaan
kepadanya, tapi entah perasaan apakah itu, tapi yang jelas di kala aku
teringat kepadanya aku merasa bahagia dan disertai rasa malu.
Tapi aku masih belum tahu perasaan apakah sebenarnya ini. Apakah aku
telah jatuh cinta padanya? Dan di saat itu aku pun menaruh harapan
padanya, setiap hari aku mencari tahu tentang dia lewat sahabatnya Desi,
kata Desi namanya Siti Nihatul Faridah Nurnia dan sering dipanggil Neng
Iha dan dia adalah gadis yang sangat pemalu.
Satu bulan telah berlalu akhirnya aku dapat dekat dengannya, namun
aku masih belum mampu untuk mengungkapkan perasaanku padanya, dengan
seiringnya waktu akhirya dia pun mengetahui perasaanku dengan sendirinya
tanpa harus aku ungkapkan padanya, setelah dia mengetahui perasaanku
dia berubah sikap padaku, yang tadinya dia selalu tersenyum ketika
melihatku, tapi kini dia selalu cemberut ketika melihatku dan yang
tadinya dia selalu menungguku lewat, tapi kini ketika aku lewat dia
selalu pergi menghindar dariku.
Hari demi hari telah berlalu dia pun masih bersikap seperti itu
padaku, aku pun menjadi penasaran kenapa dia bersikap seperti itu, dan
di pagi hari yang mendung aku menemui Desi sahabatnya Neng Iha untuk
mengatakan pada Neng Iha untuk menemuiku di sebuah gubuk di dekat danau
di samping perkebunan teh dan dia pun datang menghampiriku dan berkata
padaku.
“Endrik, aku mohon kau jangan ganggu kehidupanku lagi, jauhilah aku
dan anggaplah aku tidak pernah ada di dalam kehidupanmu, aku ingin kau
mengerti satu hal, aku tidak mencintaimu dan tidak akan pernah
mencintaimu, cobalah kau mengerti itu Furqan.”
Dan aku pun terdiam membisu tanpa berkata mendengarnya, kemudian
hujan turun mengiasi hatiku yang sedang terluka karenanya, dan aku pun
berkata padanya.
“Neng Iha, aku minta maaf padamu. Karena aku telah berani
mencintaimu. Namun kau juga harus mengerti satu hal, kalau aku tidak
bisa melupakanmu, karena aku sangat mencintaimu dan meski aku tahu kau
tidak pernah mencintaiku, tapi izinkanlah namamu tetap di dalam hati dan
ingatanku meski aku tidak harus memilikimu, aku minta maaf padamu jika
selama ini aku selalu membuatmu sedih dengan kehadiranku dalam hidupmu,
aku akan pergi dalam kehidupanmu untuk selamanya. Selamat tinggal Neng
Iha.”
Neng Iha pun terdiam dan menangis mendengarnya dan hujan pun berhenti
dan seketika itu terdengar suara alunan biola bergema yang memenuhi
hasrat sedih hatiku. Dan aku pun pergi meninggalkannya di gubuk itu
untuk selamanya.
Cerpen Karangan: Hendri Suryadi
by: http://cerpenmu.com
No comments:
Post a Comment